Kode etik dan profesionalisme seorang programer

Anonymous Lumpuhkan Situs CIA
Grup peretas Anonymous kembali beraksi. Kali ini mereka menghantam situs milik dinas intelijen Amerika Serikat, CIA. Anonymous mengklaim di Twitter bahwa mereka bertanggung jawab atas kelumpuhan situs yang beralamatkan di cia.gov tersebut. Dilaporkan, beberapa jam setelah pengklaiman itu, situs CIA tidak bisa diakses.
“Kami waspada terhadap masalah yang terjadi di situs kami dan sedang berupaya untuk membereskannya,” ujar juru bicara CIA, Jennifer Youngblood. Dilansir UberGizmo, penyerangan ke situs itu merupakan bagian dari serangan berkelanjutan yang dilakukan Anonymous untuk menentang hukum Amerika. Hukum ini terkait dengan kasus Megaupload yang gencar diberitakan beberapa waktu lalu.
Sebelum menjadikan situs CIA sebagai target, kelompok peretas ini juga sempat menghantam website milik Department of Homeland Security Amerika Serikat dan juga FBI.

Sumber : http://pendidikanriau.com

Comment :
Kasus diatas adalah contoh penggunaan teknologi IT yang melanggar hukum. Seorang programmer hendaknya bisa mengaplikasikan pengetahuannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat bagi sesama, yang tidak melanggar hukum atau kode etik. Namun jika kita lihat dari sudut yang sedikit berbeda, dari sudut pandang seorang peretas, memang itulah pekerjaan seorang hacker/peretas. Menurut dia, keberhasilan membobol rumitnya struktur logaritma keamanan web se-kelas FBI dan CIA adalah sebuah kebanggan. Bahkan menurut mereka itu adalah sebuah prestasi.
Hal ini juga harusnya menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi pihak polisi atau yang berwenang untuk membuat peraturan/UU/hokum yang lebih detail untuk jenis kejahatan dalam bidang teknologi informasi. Dengan system yang ada sekarang perlu ditingkatkan bagaimana membuat peraturan yang membuat peretas jera. Dan juga peningkatan system keamanan bagi masing-masing hak akses.
Dengan kemajuan teknologi yang sekarang ini juga menjadi pendorong bagi programmer-programer pemula untuk meningkatkan kemampuan mereka. Jangan sampai ketinggalan oleh teknologi. Bagaimana meningkatkan tingkat keamanan agar tidak bisa diakses oleh pihak-pihak yang tidak berhak. Bagaimana membuat struktur logaritman yang mungkin tidak ada pihak yang bisa meretas.
Begitulah perkembangan teknologi IT, selalu mempunyai dua mata pisau yang tajam, semua kembali kepada pengguna. Bisa untuk hal-hal yang positif, pun untuk hal-hal yang melanggar hukum. Kekuatan dan pemahaman agama nampaknya sangat berpengaruh disini. Oleh karena itu pepatah lama benar agaknya. Agama tanpa ilmu adalah buta, dan ilmu tanpa agama adalah tuli.

0 comments: