Chairil Anwar dan Cerita Buat Dien Tamaela

Pernah dengar puisi pujangga Chairil Anwar yang berjudul Cerita Buat Dien Tamaela? Puisi ini sangat populer, bukan hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara.
Puisi ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Belanda, Jerman, Prancis,
Spanyol, Latin bahkan Rusia. Ada pula dalam bahasa lainnya namun sulit disalin karena tidak menggunakan huruf latin.

Mengapa begitu terkenal? Karena nama Dien Tamaela sangat misterius dalam larik-larik puisi si pujangga yang mati muda ini.

Banyak orang tidak tahu, siapa Dien Tamaela sebenarnya. Ada yang menyangka Dien seorang pria Ambon, seorang penyair, seorang pelukis, kritikus sastra. Ada yang menyebutnya sahabat Chairil di negeri Belanda. Bahkan, ada juga yang menggosipkan sebagai istri gelap Chairil.

"Siapa itu Dien Tamaela, kita tidak kenal. Jadi kita tidak bisa menghayati puisi Chairil Anwar secara baik," ujar seorang guru Sastra Indonesia pada forum dalam bulan bahasa 2008 di Kampus FKIP Universitas Pattimura, beberapa waktu lalu.

Puisi Cerita Buat Dien Tamaela yang mistis, juga menjadi sebuah misteri. Chairil seperti punya pengalaman magis berada di pulau-pulau Maluku. Tapi untuk membuka tabir hubungan Chairil dan Dien, justru mesti dimulai dengan menelusuri puisi ini.

Cerita Buat Dien Tamaela

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu

Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala.
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.

Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!
Mari beria!
Mari berlupa!

Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau....

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.


Di bawah judul Cerita Buat Dien Tamaela, Chairil memulainya dengan satu larik yang langsung sangat Maluku, Beta Pattiradjawane.

Tercatat, lima kali nama Pattiradjawane muncul dalam puisi sembilan bait itu. Maka pertanyaan berikut, siapa Pattiradjawane? Mengapa bukan Pattimura atau marga-marga lainnya?
Puisi itu ditulis Chairil Anwar pada tahun 1946 bersamaan dengan Puisinya yang berjudul "Cintaku Jauh di Pulau" Puisi ini ditulis Chairil Anwar untuk seorang sahabatnya yang bernama DIEN TAMAELA dari Maluku, salah seorang sahabat Chairil dalam debat Sastra Angkatan Pujangga Baru.

DIEN TAMAELA adalah seorang Penulis sekaligus Kritikus Sastra yang tinggal di Holland/Belanda.
Sementara PATTIRADJAWANE adalah Vam/Marga (nama keluarga) khusus orang Maluku. Disamping Nama itu merupakan Vam/Marga, nama itu juga merupakan Simbol Keperkasaan orang-orang Maluku dalam kehidupan sehari-hari mereka di sana.

Pattiradjawane di yakini oleh orang-orang Maluku (zaman dulu) sebagai penunggu Pulau-pulau di sana.
Dalam Puisi ini Chairil Anwar menggambarkan Dien Tamaela sebagai Pattiradjawane yang selalu menjadi kawan dan lawan berat sekaligus guru bagi Chairil Anwar dalam pengembangan Puisi-puisinya. Disinilah letak kehebatan Chairil Anwar dalam membuat sajak...dia bukan saja kagum pada Dien Tamaela tapi Chairil juga sangat menguasai kehidupan Sosiologis orang-orang Maluku jaman itu.

Sumber :
http://news.okezone.com/read/extend/2009/10/27/345/269676/chairil-anwar-dan-cerita-buat-dien-tamaela.

2 comments:

Coretan Hati Rie said...

keren banget....

Lukman Khakim said...

Terimakasih atas post nya, sangat bermanfaat. Mari mampir juga ke blog saya https://blog.ppns.ac.id/tl/lukmankhakim/
https://ppns.ac.id